Dilema 3L Protes dari Media, Humas Polda : 'Nilai' Kinerja Pemberitaan Wartawan
Padang, Lenteraindonews.com -- Siang ini Ruang Esa Cafe dipadati dengan pengunjung para jurnalis media online, media cetak dan TV termasuk juga beberapa anggota polisi Polda. Ada apa gerangan?
Keramaian menjadi riuh dengan perdebatan saling mengisi antara wartawan dengan Polisi dari Polda Sumbar. Rabu, (15/09/2025)
Dialah Kombes Pol Susmelawati Rosya, S.S., M.Tr., Kasat Humas Polda Sumbar. Pagi itu, hadir memimpin langsung acara silaturahmi dengan puluhan awak media se-Sumatera Barat. Bukan sekadar perkenalan, melainkan ajang ‘klarifikasi’ terbuka antara institusi kepolisian dan para peliput berita.
Dalam pertemuan itu, Susmelawati yang akrab disapa Susmery membeberkan fakta kemitraan dengan media.
"Polda Sumbar memiliki semacam ‘Rapor’ untuk menilai kinerja pemberitaan setiap media pada kegiatan Polda baik itu resmi maupun personal"
"Mana yang menaikkan berita, mana yang aktif dan ada juga hadir diacara tanpa membuatkan beritanya" ujar Susmery.
Polda tidak tembang pilih wartawan dan media :
Ia mengakui, selama ini muncul keluhan dari sejumlah media yang merasa jarang diundang, sementara media tertentu selalu masuk daftar. Fenomena ini ia sebut dengan istilah “3L”: Lu Lagi, Lu Lagi, Lu Lagi.
“Kami punya keterbatasan. Paling, undang 20-25 orang saja. Tapi, kami juga ingin adil. dari pihak media, jangan sampai dalam pemberitaan isinya itu itu juga dan semua sama,” ujar Susmery, disambut riuh awak media.
“Kami undang 25 media, yang bikin berita cuma 10. Yang 15 lagi, entah ke mana. Bahkan, ada yang kami undang, beritanya cuma copy-paste. Sama persis, dari awal sampai akhir. Tidak ada inovasi!
Gayung Bersambut :
Dalam diskusi tersebut, tak mau tinggal diam, sejumlah perwakilan media pun angkat bicara diantaranya Yeyen, Rita, dan Mislinda hal senada mengaku kecewa karena dalam setiap acara, yang diundang hanyalah media-media tertentu. Berharap berharap tidak ada lagi istilah 3L kepada wartawan.
Sementara itu, Jeje, Jr Pratama dan David Laksus jurnalis senior, menyoroti masalah lain terkait rilis berita. Hal senada saat ini humas kerap memberikan rilis lengkap bahkan termasuk foto setelah konferensi pers. Hal ini, bagi Jeje, menghilangkan independensi pers.
“Dulu, rilis hanya berisi data pokok. Wartawan harus bertanya, mewawancarai dan menulis dengan sudut pandang sendiri sendiri. Sekarang, semuanya disuapi. Kami jadi seperti mesin copy,” ujar Jeje.
Praktik copy-paste berita memang terjadi dikarenakan materi yang terlalu lengkap, semua berita jadi seragam dan tidak ada perbedaan sudut pandang.
Jalan Tengah yang Ditawarkan
Menanggapi hal tersebut Susmery menegaskan untuk membuat berita dengan sudut pandang yang berbeda. Agar tidak ditandai sebagai media copas lagi. Mengajak wartawan tidak segan segan melakukan konfirmasi sebelum memberitakan.
Dan terkait sistem undangan, polda akan membuat pembagian gilir yang lebih adil, serta memastikan bahwa setiap media memiliki kesempatan yang sama.
“Kita adalah mitra, soulmate dan rekan kerja yang baik. Jangan sampai berkonflik dalam pemberitaan. Tanpa konfirmasi, berita langsung menyebar di masyarakat. Inilah yang dikhawatirkan. Semua bisa dirundingkan dan dimusyawarahkan,” tegas Susmery disambut tepuk tangan para jurnalis.
Pertemuan itu pun ditutup dengan harapan baru. Hubungan antara Polda Sumbar dan awak media diharapkan bisa lebih solid dan yang terpenting mengedepankan kepentingan masyarakat dalam setiap pemberitaan. (Aldi)


